Kecerdasan adalah salah satu hal yang (sebenarnya) berharga di dunia.
Karenanya banyak orang yang suka sok adu kecerdasan.
Pertama-tama mari kita berikan tepuk tangan yang sebenarnya tidak diperlukan untuk mereka yang sepertinya sudah merasa pintar. Oke, silakan berhenti.
Kau tahu, mengapa Thomas Alfa Edison bisa menemukan bohlam? Mengapa Einstein disebut sebagai genius? Mengapa para penemu yang terperangkap di laboratorium mereka disebut sebagai pemilik kecerdasan tingkat tinggi? Mungkin, mereka memiliki semacam kecerdasan. Yeah, bukan hanya IQ, tapi juga kecerdasan emosional mereka. EQ. Sayangnya terlalu banyak manusia yang mau jadi sama seperti mereka hanya melalui IQ yang well, mungkin agak... hmm... kurang, yang tidak disertakan dengan emosi yang terkendali.
Hari ini gue akan memposting sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang disebut...-what the word-... kecerdasan. Yeah, bukan IQ atau apapun, tapi kecerdasan. Yeah, kecerdasan. Mungkin anda yang sedang membaca ini sudah mulai merasa cerdas. Atau mungkin baru saja mulai menyadari bahwa dirinya bodoh?
Ehm.
Kalian para pembaca, kalau tiap hari internetan pasti udah sering ngeliat kata-kata kasar dan frontal yang diutarakan oleh seseorang yang biasanya menggunakan keyboard yang tombol caps lock-nya rusak. Mungkin mereka bawa-bawa keahlian mereka dalam membacot. Mungkin mereka nafsu sekali dalam menuliskannya. Mungkin mereka sedang makan cabai saat menulisnya. Mungkin mereka sedang PMS saat menulisnya. Mungkin mereka sedang ngantri di toilet saat menuliskannya. Mungkin mereka sedang stress. Mungkin mereka memang punya masalah. Mungkin mereka memang tempramen. Mungkin mereka merasa dewasa. Mungkin kata-kata mereka tersebut kurang pantas. Atau mungkin, anda sendirilah yang menuliskannya.
Yap. Banyak sekali orang yang tersulut amarahnya saat melihat suatu postingan yang kurang menguntungkan dirinya yang sebenarnya kurang patut diberi keberuntungan. Gara-gara:
Yap. Banyak sekali orang yang tersulut amarahnya saat melihat suatu postingan yang kurang menguntungkan dirinya yang sebenarnya kurang patut diberi keberuntungan. Gara-gara:
- Artis / idola kesayangannya dapet ejekan
- Artis / idolanya dapet kritikan
- Artis / idolanya dipojokkan
- Temannya diganggu
- Sesuatu berbau SARA mengganggunya
- Dirinya diledek
- Atau mungkin dia emang agak... bermasalah...
Yeah, banyak sekali orang yang mudah tersulut dengan hal-hal tersebut. Lalu, apa yang mereka tuliskan?
Biasanya mereka langsung memberikan respon. Respon yang 'kuat' namun kurang hebat. Respon yang 'panas' tanpa menaruh es dihatinya. Dan sebagainya. Tapi bisa banget dilihat kalau bacotannya itu panjang, pake kata-kata yang agak tinggi walau ga ngerti artinya dan sering salah pakai, ada juga 'njing', 'nyet', dan 'tot', lalu suka oh-so-sarkastik walau caranya ga bagus, pakai-pakai kata 'respek' bukan respect. Setelah orang yang menyulutnya diam, biasanya masih suka berkoar-koar, ngajakin debat lagi. Ngajakin ngedengerin bacotannya dia. MENG-HE-RAN-KAN.
Orang-orang demikian suka merasa orang yang menyulutnya itu sok pintar lalu diubah menjadi bodoh. Kemudian mereka pun merasa pintar karena sudah menganggap orang lain bodoh. Yeah, IQ mereka pura-pura dinaikkan. A.K.A pura-pura pintar. Mengapa mereka pura-pura pintar? Tentu saja agar dianggap hebat. Dengan demikian, mereka merasa sudah merendahkan orang lain, lalu merasa puas atas hasil jerih payahnya yang sebenarnya ga berarti itu.
Lalu, gimana dengan gue yang sering banget pake kata tolol dan bodoh dan sok pintar?
Yeap, gue ga merasa pintar. Tapi gue merasa, hmm, kemampuan gue ya, sebatas normal aja. Gue juga ga suka ngerendahin orang lain. Gue ga suka nganggep orang lain bodoh. Gue ga suka tolol-tololin orang lain. Gue tau, gue sering (bukan suka) nulis kata 'bodoh' dan teman-temannya. Tapi, semua itu pasti ada alasannya. Alasan yang cukup untuk mengatakan orang lain adalah, bodoh. Yaitu:
"Orang yang sudah terbukti bodoh, ya memang bodoh."
Bukan berarti gue ngatain elo-elo semua pada bodoh ye :p
Ehm.
Kembali ke pembicaraan awal.
Tindakan berpura-pura pintar ini bisa mengakibatkan Cyber Bullying. Yeah, banyak orang di internet mendapatkan ejekan dari orang lain yang tersulut amarahnya. Alhasil sang korban pun mendapatkan cacian yang tidak layak dari orang yang tidak layak pula. Ini sungguh terlalu, sungguh menjijikkan, sungguh tidak pantas. Jujur, gue jijik dengan mereka yang di otaknya selalu ingin bertindak demikian. Tapi gue lebih jijik dengan tindakannya.
...
Oke, mungkin ada yang merasa sakit hati ini semua.
Tapi ayo dong pikirin lagi. Kalian yang suka pura-pura pintar sebenernya bodoh apa ngga? Selama ini, tulisan dan postingan yang kalian umbar tersebut, apakah menggunakan kecerdasan? Apakah kalian benar-benar cerdas? Sudah berapa lama kamu mendapatkan pendidikan moral? Sudah sejauh mana kalian memiliki pengalaman? Berapa banyak yang menentang kata-kata kalian? Apa kalian tidak pernah jijik dengan kelakuan kalian yang demikian? Apa kalian sadar kalau sebenarnya sedang mengumbar kebodohan kalian?
Saya sarankan bagi kita semua, sebisa mungkin menempatkan kaca di dekat kita saat sedang memberikan tanggapan akan sesuatu. Jika amarah kita sudah tersulut, berkacalah sebentar. Tanyakan kepada diri sendiri "Apakah saya sudah cukup cerdas untuk merespon demikian? Apakah ini cara yang cerdas?". Jangan sampai anda hanya merasa cerdas, namun tindakan anda sama sekali tidak cerdas.
Kemudian hormatilah orang lain. Jangan anda menggunakan kata 'respek' (yang sebenarnya adalah 'respect') tetapi anda tidak cukup terhormat untuk melakukannya. Juga, ketahuilah tujuan dan maksud orang yang tanpa sengaja sudah menyulut amarah anda. Ketahui dulu, apakah orang tersebut memang mengetahui kesalahannya atau tidak. Perhatikan kedewasaan anda dengan lawan anda. Jangan sampai mentang-mentang umur anda sudah lebih mendekati kematian, anda menekan mereka yang 'bersalah' di mata anda. Ingat, mata anda bukan pusat kebenaran, anda bisa saja masih sama salahnya dengan lawan anda.
Terutama, jangan mengejek orang dengan sebutan yang rendah. Seperti maho, ngondek, ababil, sok pintar, alay, dan lainnya. Sebab bisa saja kata-kata itu menjadi boomerang bagi diri anda sendiri. Sebab kemungkinan besar saat anda melaksanakannya, anda tidak menyadari betapa kurangnya diri anda. Tapi kalau anda memang cerdas, ya pikir lagi juga deh :P
Huff...
Huff...
Well, intinya, pikir-pikir dulu sebelum bertindak. Tarik nafas dan jernihkan otak dan hati dulu kalau mau merespon. Dan setidaknya, belajar dulu sebelum memberikan respon yang bodoh. Sebab semua tindakan yang berdasarkan sikap pura-pura pintar adalah menjijikkan. Itu semua tidak akan meninggikan derajat anda, malah sebenarnya anda sedang menenggelamkan diri anda sendiri. Ya, anda hanya akan mendapatkan ejekan dan penolakan dari mereka yang cukup cerdas ketimbang anda. Walaupun anda mendapat dukungan, palingan itu pun dari orang-orang yang sebodoh anda.
...
Hmm, skrg udah waktunya makan. Sebaiknya gue berhenti nulis.
That's all.
Orang yg benar2 pintar, tahu bagaimana caranya untuk merespon tanpa menyakiti perasaan orang =)
BalasHapus