Sabtu, 09 Juli 2011

Masa Orientasi Siswa (?)

Masa Orientasi Siswa tahun ajaran baru pasti selalu diselenggarakan di tiap sekolah.
Namun, apakah benar siswa baru itu mendapatkan arahan orientasi yang baik?

Hey, humans.

Kalian yang udah SMP dan SMA, ataupun yang lagi kuliah atau kerja pasti tau dong tentang masa orientasi? Bukan, masa orientasi bukanlah masa dimana anda bingung nentuin orientasi seks anda, jadi straight atau menyimpang. Well, itu loh, semacam MOS (Masa Orientasi Siswa) atau kadang disebut OSPEK dan sebutan lainnya tergantung panitia yang bikin. Semua yang sekolah kemungkinan besar pernah mengalaminya. Pasti udah ngerasain bagaimana rasanya, sensasinya, dan hal-hal lainnya yang tidak bisa dilupakan (walau ingin).

MOS itu wajib dilakukan oleh semua calon siswa kelas satu di SMP ataupun SMA. Nah, kalau di perkuliahan, anak-anak baru wajib ikut OSPEK. Tujuannya sih (katanya) semata-mata agar murid dan mahasiswa baru bisa 'terbiasa' untuk mulai hidup di sekolah atau kampus baru. Yap, agar kita bisa struggle dan survive di level pendidikan yang makin sulit. Sekaligus agar kita ngerti betapa kerasnya kehidupan di level yang lebih tinggi.

Nah, pada malam ini gue ga mau ngebahas tentang OSPEK buat mahasiswa, tapi gue mau ngebahas tentang MOS adek-adek (oke, gue belon tua) yang baru kejebak di SMP dan SMA. Mengapa? Satu, karena gue belon ikutan OSPEK, nanti gue dikira sok tahu. Dua, gue ga mau ambil resiko dikerjain senior, karena siapa tahu ada senior yang ngeliat tulisan gue yang terlihat 'menyebalkan'. Semata-mata karena gue harus selalu berjaga-jaga agar bisa bertahan hidup. :p

Check that out!
***

Gue awalin dengan cerita gue mengenai MOS.

Dulu di SMP, gue mengikuti MOS yang dilaksanakan pada siang hari. Dari siang bolong sampe sore hari. Well, selama MOS di SMP sih, untungnya gue dan anak kelas gue ga ada yang dibully, tapi entahlah apa yang terjadi dengan kelas lain. Di SMP, untunglah MOSnya baik-baik aja. Kami ga disuruh pake atribut aneh ataupun disuruh melakukan hal bodoh. Palingan waktu itu ada acara 'marah-marahin' yang gaje.

Kami disuruh nunduk gara-gara pas ada kakak senior narsis yang ngambek gara-gara ga ada yang tau namanya yang kurang penting. Lalu ada senior temennya yang oh-so-marah, ngebacot ga jelas biar kita nangis. "What the f**k is this?" langsung terbesit di kepala gueGue sendiri sih ga nangis, serius. Well, gue keluar air mata sih, tapi bukan gara-gara takut. Tapi gara-gara gue harus nahan ketawa ngeliat kepura-puraan yang ga berarti banget.

Loncat ke SMA. Di SMA, gue masih inget kalo waktu itu kami mesti pake atribut aneh. Tujuh potongan pita di lengan baju kanan dan tiga di lengan kiri. Lalu toga abal-abal yang dipasangin bola pingpong. Dan name tag yang besar. Untungnya sih seinget gue, ga ada yang terlalu aneh pas MOPD di SMA. Palingan ada kakak-kakak super oh-so-jutek yang pengen banget gue kasih kutukan Cruciatus. Over all, nothing is weird, biarlah itu berlalu.

Nah, sementara gue MOS dan MOPD dulu, gue juga sering merhatiin berita tentang hal sama yang mereka lakukan di sekolah lain. Mereka lebih aneh, ga pantas, dan menjijikkan. Bahkan ada yang sampe dibawa ke pengadilan ada juga yang katanya meninggal pas ikutan masa orientasi. Gue semakin berpikir bahwa ini semua, sepertinya ga layak untuk disajikan kepada murid-murid baru.

...

Ehm, correct me if I am wrong, okay?

Well, menurut gue, masa orientasi memiliki tujuannya masing-masing dengan cara yang berbeda. Nah, gue udah sering baca dan dengerin dimana-mana, dan palingan tujuannya ga jauh dari begini:
  • Murid baru bisa beradaptasi dengan keadaan sekolah
  • Murid baru bisa memiliki mental yang lebih kuat
  • Murid baru bisa memiliki jiwa kepemimpinan di sekolah
  • Murid baru bisa struggle dan survive di sekolah
  • Murid baru bisa mengerti betapa 'kerasnya' hidup di sekolah
Yeap. 
Gue setuju MOS diadakan karena memang para murid baru butuh semacam pembiasaan dan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di level yang lebih tinggi. Sebab kalau mereka semua masih bermental SD buat yang masuk SMP dan masih bertingkah SMP padahal udah SMA, mereka semua, satu persatu akan gagal dengan sendirinya. Yeah, siapapun butuh pelatihan dan bimbingan agar bisa menjadi pemenang dalam seleksi alam yang tiap detiknya berjalan. Pedang pun butuh di tempa agar bisa tajam dan kuat.

Tapi...........................

Sangat disayangkan jika cara untuk mencapai tujuan tersebut salah. Yap. Banyak di sekolah lain yang harus memakai atribut super ribut dan memalukan dengan tujuan junior yang memakainya mengerti maknanya. Banyak yang dimarah-marahin agar ngerti kerasnya sekolah. Banyak yang dipermalukan di depan orang banyak agar bisa percaya diri. Banyak yang diintimidasi agar mentalnya kuat. Tujuannya emang bagus, tapi liat deh, cara-cara yang digunakan senior ga begitu layak untuk digunakan.

Penggunaan atribut aneh yang bisa disebut sialan, well, junior paling mentok juga, sekedar tau maknanya, itu juga kalo inget, dan belum tentu ngerti benar tentang maknanya dan menerapkannya dalam hati. Mengapa demikian? Karena otak dan jiwanya dipenuhi dengan rasa malu dan rasa tidak nyaman saat memakainya. Jika diberi perbandingan yang ekstrim, misalnya lo terpaksa jalan naked sepanjang jalan Jakarta-Bogor, apakah lo akan sempet mikir yang macem-macem? Akankah lo sempet 'mempelajari' sesuatu? Palingan lo bakalan sibuk nutupin aurat dan muka agar ga malu. Kecuali lo adalah exhibitionist, lain ceritanya. Karenanya penyampaian makna dan simbol yang menurut pendapat saya yang masih harus diperbaiki, adalah kurang tepat. Sebaiknya penggunaan atribut diperbaiki lagi agar menjadi lebih baik dan mudah dipahami.

Lalu tentang intimidasi, baik yang artifisial ataupun asli.

Oke, mental kita semua harus kuat. Kalau mental tempe tahu, kita akan mudah sekali dipermainkan orang lain dan nasib. Untuk itu, kita perlu memperkuat mental kita melalui beberapa hal termasuk bina mental. Pada masa orientasi, intimidasi merupakan suatu hal yang "umum" untuk dikhawatirkan oleh para murid baru. Karena ya, MOS atau MOPD memang terkenal dengan intimidasi oleh seniornya.

Sayangnya tujuan membina mental tersebut tidak akan tercapai apabila junior yang diintimidasi tersebut tidak mendapatkan makna intimidasi tersebut. Menurut pendapat saya yang masih harus diperbaiki, sebagian besar orang jika sedang diancam, diintimidasi, ataupun dimarahin, yang ada di hati dan otak mereka kebanyakan adalah rasa takut. Perasaan ingin kabur, menyelamatkan diri, lalu terpaksa menangis karena takut. Atau mungkin sebaliknya, ada perasaan kesal, muak, marah, lalu muncullah keinginan untuk memberontak, lalu membunuh para senior yang menintimidasi. Dan mungkin, yang terjadi adalah penanaman dendam dan rasa benci.

Dalam masa orientasi ini, apakah intimidasi senior yang kadang kurang layak tersebut, patut untuk diberikan kepada junior? Apakah para panitia sudah yakin bahwa dengan mengintimidasi atau memarah-marahi, para junior akan membentuk mental baja? Seharusnya para panitia MOS serta para senior yang berpartisipasi sudah tahu bahwa ngga hanya satu kemungkinan saja yang akan terjadi. Jika tujuan awal pengintimidasian tidak tercapai, maka para junior hanya akan makin bermental lembek karena terus-terusan merasa takut dan bibit dendam terhadap pengintimidasian akan tertanam di hati mereka.

Juga, selama ini yang gue lihat, masa orientasi sebagian besar bukan untuk para junior. MOS tidak menjadi media pelayanan bagi junior untuk beradaptasi. Tetapi MOS muncul hanya sebagai narsisme para senior saja, juga sebagai media pelampiasan emosi dan libido para senior yang sudah tak terbendung. Tidak sedikit senior yang ingin jadi pantia atau petugas MOS hanya agar terkenal di mata junior. Juga ada saja senior yang memanfaatkan MOS sebagai hiburan murah. Namun semua yang ada di paragraf ini selalu disembunyikan dengan alasan, "Emang ga capek ngurusin MOS?", "Kalo materi dari guru doang, emang ga bosen?", "Kalo ga pake 'beginian', ga seru!". Yap, dengan alasan-alasan itulah mereka melampiaskan nafsu mereka.

...

Saran gue, sebaiknya pengadaan acara Masa Orientasi Siswa harus dikaji ulang oleh sekolah yang mengadakannya. Harus dipikirkan cara-cara terbaik untuk menyampaikan maksud dari MOS tersebut. Semuanya harus diperhitungkan agar bisa tepat sasaran. Tujuannya semata-mata agar MOS jadi bermanfaat bagi warga baru sekolah, dan tidak menjadi bahan berita heboh saja.

***

Well, demikianlah postingan gue hari ini. Demikianlah juga opini gue tentang MOS. Jika ada kesalahan, mohon perbaikannya. Tapi saya harap anda tidak bertindak tolol. Well, bagaimanakah pendapat anda tentang MOS?


That's all.

5 komentar:

  1. MOS itu bermanfaat kok.. asal nggak disalah gnakan. MOS itu bikin kita besosialisai dgn orang lain. tapi ada juga sisi negatifnya.. yah.. semoga generasi berikutnya lebih mengerti dan lebih kreatif ke positifnya aja dalam kegiatan MOS. nggak melulu ngerjain juniornya.

    nice post .. :)

    BalasHapus
  2. "Mos muncul hanya sebagai narsisme para senior"
    SETUJUUU BANGET!! Aku juga kurang suka MOS yang sok-sok bully gitu.. Itu mah bukan menguatkan mental, tapi menciptakan dendam!!!

    BalasHapus
  3. MOS / MOKS (Masa Orientasi dan Kedisiplinan Siswa (hanya ada di SMA Presiden)), semuanya bertujuan baik broo..!! Tpi bener apa kata agan.. smua tergantung orangnya sendiri alias panitia MOS/MOKS/Ospek dkknya.. Life is full of Dreams, and you must decide what the best way to reach your dreams and success..!! :D

    BalasHapus
  4. kakak kelas gue waktu MOS sok banget dah,
    kampret pokoknya, tapi sekarang gue kok malah temenan sama kakak kelas yg kampret itu ya? wtf!

    BalasHapus
  5. Wah.... tulisan yg bagus....

    MOS sebagai sarana untuk mengenal 'medan' yg akan digumuli selama pendidikan (3 - 4 tahun).....

    Saya rasa perlu dan isi MOS harapannya tdk se-negatif dahulu... tapi menggunakan cara-cara yg indah dan mudah dipahami anak baru...

    BalasHapus

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe