Pendapat Saya Tentang Copas

Ctrl+C lalu Ctrl+V.
Di-copy, lalu kau paste.

Sedari SMP, mungkin lebih parah lagi kalau semenjak SD, banyak orang yang udah terbiasa untuk mencontek sesuatu. Ide, jawaban, ataupun hasil pekerjaan seseorang. Kalau diberi tugas oleh guru, ada saja murid yang santai saja tidak berniat untuk mengerjakan PR, menoleh kepada temannya lalu berkata, "Besok gue copas dari elo ya.".

Bagi mereka yang rajin berpikir tentu saja teman yang suka menyontek adalah parasit.

...

Copy-paste terlihat sudah menjadi suatu trend tersendiri dalam sebagian masyarakat. Sadar, ataupun tidak sadar. Ada yang copas karena malas. Ada yang copas karena malu kalau ngerjain sendiri. Ada yang copas karena ingin mencuri kemenangan.

Trend copas sudah masuk ke berbagai bidang. Pendidikan, murid banyak yang menyontek. Musik, ada plagiarisme karya. Karya tulis, banyak yang copas lalu disebar. Sinetron, ngembat ide dari drama luar negeri. Dan masih banyak lagi.

Tapi hari ini gue cuma mau ngomongin salah satunya aja. Yaitu blog copasan.

...

Kita yang suka iseng nyari bacaan seru pasti udah ngerti soal ini.

Banyak blog yang menyediakan informasi menarik serta tutorial, yang sayangnya hasil copy-an dari orang lain. Ada yang sudah terkenal, ada juga yang ga terlalu dikenal orang. Tujuan dari penyalinan tulisan ini adalah untuk sharing informasi menarik secara gratis, terbuka bagi siapa saja. Namun ada beberapa 'penulis' copas yang tujuan utamanya adalah untuk mencari ketenaran, tanpa harus kebanyakan ngetik.

Banyak yang main copas begitu aja, ada juga yang masih baik mencantumkan sumbernya. Tapi dari banyaknya blog copasan yang gue hampiri, jumlah blog yang menyediakan link mati ataupun alamat sumber yang terlalu kecil hurufnyanya cenderung lebih banyak.

Tapi gue ngga lagi mood buat ngomongin soal menghargai si penulis.

Ada beberapa hal yang kurang gue suka dari blog copasan:

1. Banyak iklannya

Ya, namanya juga orang nyari duit.

Walau bukan hasil jerih payah ngetik panjang dan riset sendiri, yang penting untung.

2. Pemiliknya

Gue masih agak respek sama pemilik blog copasan yang nyantumin link sumber yang bener, minta izin ke pemilik tulisa, dan mengurus blognya sendiri dengan baik.

Namun banyak blog copasan lain yang rada berantakan.

Oh iya, ada aja pemilik blog yang kaya anak TK.

Elo tau kan, kalo anak kecil dilarang biasanya dia bakal nunjuk ke orang lain. Jadi kalo elo ketemu pemilik blog copas lalu elo protes tentang tindakan copasnya, maka dia akan bilang, "Blog itu juga copas kok.". Selain itu juga ada aja yang bangga beralasan, "Suka-suka gue.".

3. Bangga

Tau sendiri kan, kalo orang lokal bakalan semangat sekali menghujat pemusik yang plagiat? Namun orang-orang ini malah bangga telah mengcopas tanpa izin, seolah udah melahirkan anak sendiri. Atau mungkin orang-orang ini ternyata sudah mengcopas tanpa izin sebuah postingan tentang plagiarisme suatu grup band lalu menyediakannya dengan bangga sambil menghujat.

Selumbar di mata orang jelas terlihat, balok di mata sendiri tidak.

Jadi sebenernya elo ga suka SOPA, PIPA, dan ACTA karena apa? Takut ga dapat kebebasan berinternet lagi atau takut bisa ngopas lagi?

...

Anyway, gue tegaskan kalau copas itu BUKAN budaya.

Copas emang kembali kepada masing-masing kita. Tapi ngga ada salahnya untuk mengingatkan.

Postingan blog yang dicopas sih mungkin ngga sepenuhnya salah, tapi jangan sampai kita terbiasa dan membanggakan diri kita atas perbuatan kita yang salah. Gue tahu bahwa untuk dapat menghargai orang lain, kita harus menghargai diri sendiri. Tapi jangan kerajinan menghargai diri sendiri, masih ada banyak orang di luar sana yang harus lo hargai. 

Kebanggaan semu yang kau dapat tidak akan memberikan keuntungan yang asli, walau kau mengelak.

Janganlah mabuk dalam hal yang semu.

That's all.