Rabu, 07 Agustus 2013

Larilah, Meski Takkan Bertambah Cepat

Untuk bisa berhasil, seseorang berlatih.
Namun seringkali dia pun gagal dalam latihan.


Gue punya satu temen yang nampaknya begitu gigih sekali. Terkadang gue kagum melihat dia. Dia tak sepertiku yang malas meningkatkan kemampuan. Walau demikian, kemampuanku tak bisa dibilang lebih rendah, apalagi lebih hebat darinya.

Saat matahari terbit dia selalu mulai berlatih berlari.

Kupikir dia sangat ingin bisa berlari cepat. Dia berlari mengelilingi sebuah lapangan sepak bola sebanyak 3 kali. Awalnya gue duduk di ujung lapangan 'menemaninya' berlatih. Gue cuma duduk tidak bergerak sambil dibelai angin sementara badannya yang bergerak cepat sedang bercucuran keringat. Sepulangnya, dia minta agar gue ngga menemani dia lagi. Katanya, dia merasa cepat lelah karena selalu tersugesti untuk beristirahat saat melihat gue duduk. Gue ngga mau mengganggunya, jadi kuanggukkan kepala.

Esok harinya kuintip dia dari balik ilalang di pinggir lapangan.

Selama 30 menit kutunggui dia sampai selesai latihan. Gue ngga terlihat. Namun, dia tetap selelah hari kemarin. Dia segera duduk dan beristirahat setelah cukup berlari. Gue meninggalkan dia yang beristirahat agar dia tak menyadari bahwa gue hadir.

Minggu depannya, kuintip lagi dia dari balik ilalang. Kali ini dia berhenti lebih cepat. Da berhenti saat menyadari kehadiranku dari balik ilalang yang tidak begitu tebal. Dia mengaku kelelahan kepadaku dan bahwa itu karena melihatku. Dia juga meminta agar gue ngga mengintip dia lagi. Gue mengangguk saja.

Satu bulan berikutnya, gue mengintip dari balik jendela rumah. Wajahnya tetap pucat seperti biasanya. Entah karena dia memang memaksakan diri, atau ternyata ada orang lain yang 'menemaninya'. Kututup tirai dan meninggalkan jendela.

Setahun kemudian, kami berdua bertambah tinggi. Kami bersekolah di tempat yang berbeda; makin jauh. Tapi gue selalu tahu bahwa dia tetap gigih berlatih hampir setiap hari. Teman-temanku yang lain bilang untuk tidak mengganggunya dan tetap menyemangatinya bila perlu. Gue mengangguk saja.

Bertahun-tahun sudah dia berlatih.
Berlari melawan angin, mengerjar impiannya.
Tapi kakinya tak pernah membawanya lebih cepat sedikitpun.


That's all.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe