Minggu, 06 April 2014

#HakrabKK

Udah lama ga ketemu.
Sekalinya ketemu, langsung sewa villa :"3
Tanggal 30-31 Maret kemarin, KK ngadain Hakrab (not makrab, due to its mainstreamness) di Cijeruk, Buitenzorg! Karena udah lama ga ketemu, jadinya doki-doki (so weeabo) buat ikutan. Saking kebeletnya, gua dateng ke sana dari tanggal 29 :p

...

29 Maret 2014
Karena udah ga kebelet pengen nyicip villa yang udah jadi semacam wacana semenjak 3 tahun yang lalu, gua ngibrit dari tanggal 29. Kapina, bang Farid, dan om Ferdi udah rencana pengen naik ke atas sehari sebelum Hakrab dimulai, buat persiapan bermacam hal.

Kita janjian jam 12 di sekitar Stasiun Bogor.

Paginya, gua dengan terburu-buru memasukkan barang ke tas. Gua ga ngitung udah masukin berapa banyak kolor ke dalem tas, yang penting ngga dateng telat. Well, meski berdomisili di (Kabupaten) Bogor, gua sering dateng telat. But my lateness isn't fully my fault. Kali ini gua berangkat lebih awal biar ga telat, mengantisipasi macet. Yerp, Buitenzorg selalu dijajah dengan mobil berplat B yang berserakan di mana-mana. Sebagai orang Bogor yang tiap hari pergi ke Jakarta, rasanya muak terjebak macet dan yang diliat selalu plat B lagi.

Aaaand, gua ngga telat cuy.

Gua nangkring di depan KeiEfSih Taman Topi - in which gua pernah liat dua cowok SMP bergandengan tangan - nungguin rombongan. Kapina pun SMS gua untuk ga berangkat dulu karena takut doi telat. How can? Beta sudah nangkring di lokasi tapi disuruh jangan berangkat dulu (=_= ). Yasyudah, daku tunggukeun doi dan om Ferdi sambil nungguin bang Farid yang udah di Gunung Batu - daerah sekitar yang unrecognizable sampe sekarang.

Rencananya sih, gua mau beli makanan dulu, tapi antrian KeiEfSih mirip dengan antrian loket di Stasiun Bogor. Gua pun menunggu dengan kelaparan.

Tak lama kemudian bang Farid nongol (there, I put the "tak lama" due to my pure and unconditional affection towards anak KK). Gua sama bang Farid beli hotdog yang ternyata cuma sosis dari mba-mba bertampang mahasiswi yang sepertinya ga cocok buat jualan karena terlalu unyu.

Tak lama (see above), ka Pina dan om Ferdi nongol. Kami pun langsung berangkat. Dua mahasiswa naik motor sementara dua pekerja naik angkot.

Selama di perjalanan, gua mikul salib. Salib di sini bermakna ganda: proyektor dan beban berat. Sepanjang perjalanan gua ngerasain gimana capeknya jadi pemeran Jesus Christ di film-film Paskah. Kebayang lagi take adegan Yesus mikul salib ke bukit Golgota, udah capek-capek mikul eh sutradaranya bilang,

"Maaf mz, kamu kurang sedih. Ayo mundur lagi dan take ulang gambarnya."

Gua sama aktor tersebut have shared similar experience. Terlebih lagi di sekitaran Jungle, ada dua banci satu motor yang nyapa. Gua udah ancang-ancang mau nyodok mereka pake salib, tapi ternyata doi nyapa cewek-cewek yang ada di sisi lain. Therefore gua akhirnya tambah sadar apa yang selama ini sekolah minggu sebut sebagai "pikul salib".

Sesudah perjalanan selama 1 setengah jam, kita sampai di Sevel Cijulang.

Sampai di sana kami disediakan pecel oleh mamanya ka Pina. Berkali-kali gua dibilangin, "Maaf seadanya ya." Mereka ga tau satu equation: 

pecel + tempe + tahu + ayam goreng  = heaven for my mouth

Gua penikmat makanan khas pulau Jawa, apalagi Jawa Barat, apalagi Bogor. Gua udah lama ga makan begituan, tiap hari telor dan telor lagi. Di rumah gua kan rada sepi, jadi jarang masak. Bekal telor, makan malem telor, ngemil pun telor. Well, itu karena skill memasak gua cuma mentok di telor dan sejumput kemalasan. Saking nafsunya, gua ngambil makan kebanyakan... Muucih banget ka Pinaaaa :"

Huyeah, sorenya kita naro beberapa barang di villa dan turun ke daerah BNR buat ambil duit dan jajan dikit. Btw kakak kasir Indomaretnya unyu loh, rambutnya pendek dan cantik. Karena pengen liat agak lamaan, gua pun beli semacam magnet LINE. Anyway, di sini yang mengajukan pembelian komik re:ON itu bang Farid, bukan gua. Doi pengen ngecek Platina Parlournya.

Kemudian kami balik ke villa dan ngobrolin beberapa hal sampai akhirnya mati lampu dan gua ngibrit ke luar villa (._. ). In the middle of the downpour and darkness, kita balik ke Sevel Cijulang. 

Di sana, gua dan bang Farid mengalami mental breakdown. Kecerdasan kami dihina oleh om Ferdi dan kartu-kartunya yang lengket. Gua ga mau bicara banyak tentang ini karena masih kesel dihina. Abis dihina abis-abisan, kite ngobrol dan curhat tentang berbagai hal di depan TV sampai akhirnya satu-persatu dari kami tumbang.

Btw, yang paling pertama tumbang itu ka Pina.

The most notable moral lesson of it is that you should not wake female humans when they're asleep. 

Cewek - meski tertidur dan tidak sadarkan diri - masih memiliki kemampuan untuk menabok. Gua ditabok ka Pina saat ngebangunin biar ka Pina pindah ke tempat yang lebih hangat agar terhindar dari penyakit dan dinginnya malam hari. Ga mau kena tabokan lagi, gua milih lanjutin ngobrol.


30 Maret 2014
Pagi hari gua bangun paling duluan.

Selain ngeliat TV yang meski diignore semalaman tapi ga dimatiin sama yang paling terakhir tidur, gua ngeliat bang Farid dan om Ferdi tertidur mesra dalam satu bantal dan satu selimut.

Sekitar jam 7 kurang, ka Pina dateng dan bilang kalo ternyata udah ada anak KK yang nangkring di villa dari jam 5 pagi. Demi Wellington. Gua dan ka Pina, minjem motornya bang Farid, pergi ke villa untuk membawa seseorang - yang ternyata sampe sekarang gua ga yakin siapa namanya (maaf ya :") - ke Sevel Cijulang.

Setelah sarapan dan berbenah, kita langsung pergi ke villa untuk menaruh tas di villa. Bang Farid dan ka Pina turun ke stesyen buat jemput rombongan, meanwhile gua sama om Ferdi nyari gas dan minyak. Dua orang sibuk tiduran di villa.

...

Siangnya rangorang pada dateng and acara pertama adalah beres-beres terus tidur.

Wait, ada satu orang yang udah in the area, mau dijemput, tapi susah banget ditemukan. Ngaranne Rizky.

"Kak, daku sudah turun engkot, keur di depan putsal.", ujarnya via telpon ke ka Pina.

Yang turun buat nyari itu adalah ka Pina, om Ferdi, dan gua. Pertama-tama kami nyamperin ke tempat ujung trayek angkot, beliau takada. Terus pindah again ke depan lapangan futsal deket villa, takada. Setelah beberapa saat dan ga ketemu juga, akhirnya si Rizky diminta buat cari tukang ojeg biar ga ribet. Kemudian, ka Pina dan om Ferdi turun gunung buat jemput "sang pembicara" meanwhile gua diminta buat nyari minyak tanah.

Kelar beli minyak tanah dengan bantuan someone-yang-daku-kira-mamanya-ka-Pina-dan-ternyata-bukan, daku istirahat sebentar. Btw, gua minjem motornya bang Farid. Pertama kalinya gua pake matic sejauh itu, soalnya gua terbiasa sama yang normal. Huyeah.

Sorenya, datanglah ka Pina, om Ferdi, dan sang pembicara si @daraprayoga_.

Bang pembicara ini memberikan berbagai informasi mengenai personal branding dan how to blog with profit. Gua ngedengerin sambil main talenan, bcoz I need a distraction in order to focus at something else. Soalnya gua tipe yang fokus kepada distraction daripada ke satu hal. Jadi gua distract dengan mainan, biar bisa dengerin dari awal hingga akhir.

Setelah bang Dara (sumhow this sounds weird...) leaves, kita nonton dokumenter "Dibalik Frekuensi". Gua belajar berbagai hal dari dokumenter ini, apalagi gua juga lagi ngambil matkul Media Discourse. Karena udah lama ga ke gunung, gua ketiduran di tengah-tengah penayangan film tersebut. Angin cepoy-cepoynya ajib cuy.

Di tengah-tengah ketidaksadaran, berkali-kali gua bangun. Tiba-tiba filmnya udah selesai - sehingga gua ga tau endingnya gimana - dan om Ferdi lagi melecehkan logika banyak orang. Plot twist: om Adi yang ngelecehin logika doi.

Queen Spade = Ratu Jahat
Two Hearts = Dua Cinta

Biar masih tiduran, gua ngikut ketawa-tawa dikit. Terus om Ferdi dan bang Farid nyerah, acara sulapnya dibubarkan.

Keeeemudian gua bangun (atau dibangunin?).
Kita lanjut keluar buat acara api unggun.

Seriously, kita ngadain api unggun beneath a tree. Gua takut pohonnya kebakar, tapi ternyata apinya ga sampe setinggi itu. Kita berkenalan dan ngomongin soal gimana KK kedepannya. Gua rada lebih fokus kepada hangatnya api karena malam itu malam minggu dan dingin. Gua masih jomblo dan kedinginan, butuh combo apalagi yang bisa bikin seorang jomblo terkena hypothermia dan kemudian frostbitten?

Selesai api unggun, kami semua masuk dan beristirahat.

...

31 Maret 2014
Masih jam 5, gua terbangun dan mendengar suara dua orang dewasa berbicara. Gua kira gua udah diculik sama om-om penghuni villa sebelah, tapi untungnya ngga. Bang Farid dan om Ferdi sedang ngobrol. Gua pun segera bangkit dan baru sadar telah share bantal sama om Adi. 

Thank God gua ga digrepe-grepe.

Gua bangun dan langsung nyari sabun buat boker. Meanwhile dua om-om tersebut masih terdengar suaranya. Abis boker, gua memperhatikan ruangan yang porak-poranda, di mana gelas-gelas telah menjadi sarang semut dan bungkusan sisa kerakusan manusia berceceran. Selain itu, gua menyaksikan adegan paling romantis tahun 2014.

Si Rizky dicium laba-laba yang ultra besar.

Setelah semua orang mendapatkan kembali nyawanya yang tercecer, kita jalan pagi ke checkpoint pertama: Sevel Cijulang. Kita sarapan nasi goreng di sana. Btw, nasi gorengnya punya rasa lain. Ga cuma asin, tapi ada aroma dagingnya. Kaya nasi + rendang tapi ga ada rendangnya. Wait, I dunno how to explain it but I love it. Bahkan sambelnya bikin gua makin sumringah XD.

Kita pun jalan ke atas bukit setelah nunggu makanan turun di dalam perut. Meanwhile om Ferdi absen karena doi udah tidur tapi baru beberapa kedipan doang.

Selama jalan ke atas bukit, ada kucing yang nemenin jalan. Doi ikut naik sampai ke puncak bukit padahal kami ga kenal satu sama lain. Si kucing yang unyu sekali itu bener-bener semangat ngikut dari bawah sampe atas. Tiap kali pada istirahat, eh doi juga istirahat. Pokoknya perbedaan spesies tidak menjauhkan kami dari hubungan afektif. Apakah hal ini bisa dianalogikan dengan perjodohan manusia?

Di atas bukit, manusia-manusia kota tersebut sibuk berfoto. Meanwhile beberapa orang istirahat dan ada juga yang ngurusin si kucing. Btw, itu puncak bukitnya luas dan sepi, lumayan buat ehem-ehem di sana #eh.

Abis istirahat, kita turun ke bawah. Si kucing yang dinamain Datafaogo Stevi (WTF) oleh bang Farid pun ikut turun ke bawah. Sayangnya, dia hanya mengantar sampai gerbang bukit. Dia tidak mau meninggalkan tempat tersebut. Daku jadi sedih.

Kemudian kita istirahat di Sevel Cijulang. Orang-orang pada tepar. Om Ferdi pun masih tepar. Gua pengen ikutan tepar tapi tidak cukup ruang, maka gua sama Rizky tiduran di kursi. Agar tidak ambigu bagi yang suka suudzon atau memanfaatkan screenshot untuk dijadiin bahan ledekan: kami tidur di kursi yang berbeda. :p

Agak siang, kita kembali ke villa. Mandi, makan siang, dan beres-beres.

Setelah mandi, gua, ka Pina, dan a bunch of girls yang sampai sekarang gua ga tau namanya siapa aja turun ke sungai di bawah villa. Di sana gua nemuin banyak capung yang menarik. Mereka berwarna hitam atau ungu, sayapnya pun ngga sepenuhnya bening. Beda dengan capung hijau yang biasa ditemuin di deket rumah gua.

Kemudian gua balik lagi sendirian ke atas buat transaksi film dan menemukan om Ferdi terkapar (lagi) di tempat tidur. Doi menjadi orang yang paling terakhir mandi dan makan siang.

Setelah barang kami sudah dibereskan, kami bersiap-siap untuk pulang.

Sebelum pulang, ada acara penukaran kado. Tehehe, gua ngincer satu kado. Gua akuin gua agak kapitalis tapi semua orang berpendapat bahwa memiliki fokus untuk masa depan adalah hal yang baik. Berkat cara tuker kado yang ditawarkan oleh Tammy, gua berhasil mendapatkan kado inceran tersebut. Huehehahehahue.

Sebagian pulang naik mobil dan angkot, sebagian lagi naik motor. Gua termasuk yang naik motor karena gua numpang sama bang Farid. Saat sudah siap pulang, kunci motor bang Farid masuk ke bawah lantai kayu. Bang Farid langsung teriak dalam kepanikan, ditambah lagi fakta bahwa there's no other entrance besides that goddamn hole. Yang lain pada ketawa, termasuk gua. Namun, gua ga berani ketawa lebih kencang (which means udah lumayan kenceng) karena gua bisa didepak dari jok motornya bang Farid.

Kami langsung mencari cara buat ngambil kunci tersebut.

Untungnya bang Ucup nunjukin kawat penggantung kentungan. Butuh beberapa saat untuk mengeluarkan kawat tersebut meanwhile bang Farid masih panik. Kemudian gua dengan inisiatif mengajukan diri untuk menggunakan kawat tersebut untuk ngambil, dibantu dengan cahaya lampu ponselnya bang Teguh. Bang Farid - yang panik - dengan proaktif memberikan support. Kawatnya gua bolak-balik karena seems failed mulu. Tapi tak lama kemudian, kuncinya pun bisa didapatkan. Hureaaaa.

Dan kentungan itu tidak pernah digantung lagi.

Kami semua pun pulang dengan damai, meninggalkan villa yang akan dijual kepada orang lain :")

Dadah villa, dadah semuanya. Moga kita bisa ketemu lagi di kopdar selanjutnya.
Lain kali kita nginep bareng lagi yuk, tapi jangan nunggu 3 tahun.
Moga kita semua makin akrab dan makin solid.


That's all.

5 komentar:

  1. Seru nih... sayang ane lagi gak bisa ikutan... :)
    Moga ketemu dah di kopdar di lain waktu...

    BalasHapus
  2. Parah banget kak data pada gak tau nama dari "bunch of girls" :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya sorry, gua agak susah nginget nama (.__. )

      Hapus
  3. HEH! ELU YANG REQUEST BELI RE:ON YAK.
    Gue cuma orang baik hati yang bantu share duit :33

    BalasHapus
  4. duh nyesel gue baca ini ._., padahal gue udah ngelupain bayang2 kalo gue di grepe sama laba2

    BalasHapus

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe