Cirebon yang dulu dikenal banyak rebon.
Mungkin akan lebih dikenal sebagai Citilang. Kok?
Mungkin akan lebih dikenal sebagai Citilang. Kok?
Source: indonesia.travel |
Minggu awal Februari dihebohkan dengan sebuah destinasi wisata terbaru di Indonesia, yang sebenarnya sudah lama diketahui oleh masyarakat. Namun, potensi wisatanya ternyata baru ini saja terungkap atau terekspos lebih intens lagi.
Dimanakah?
Sebelum saya undang anda ke tempat wisata tersebut, saya ingin mengingatkan anda sekalian dengan sebuah acara TV tentang aktivitas kepolisian negara kita yang nampaknya begitu hebat dan rajin, tidak seperti yang dilaporkan (dicurhatkan) pelaku media sosial. Banyak yang bilang acara tersebut inocatif, meski program semacam ini sebenarnya bisa kita nikmati di beberapa kanal sejak bertahun-tahun lalu. Anda mungkin bukan tidak asing lagi dengan sebuah karakter fiktif-nonfiktif bernama Bang Napi. Ya, segmen khusus orang yang meng-aku telah bertobat ini terdapat pada acara (tentang) kriminalitas, yang mengekspos bejatnya masyarakat kita dan mantapnya kepolisian kita (dalam menangkap mereka). Lalu?
Sabar sedikit.
Jika anda tonton acara-acara tersebut, atau versi inovatifnya, kita bisa melihat orang lain yang ditindak oleh polisi. Lucu-lucu, termasuk anak kecil yang akhirnya menangis di TV meski mukanya dilindungi.
Hubungannya dengan destinasi wisata?
Lah, masih tidak terpikirkan? Dari acara-acara tersebut bisa kita perhatikan bahwa seluruh Indonesia sebenarnya bisa lebih ajib lagi jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Namun, bukan manusia jika tidak mengeksklusifkan satu di antara banyak agar harganya bisa naik. Jika anda sangat berkontribusi bagi dunia, mungkin anda kenal dengan kota kelahiran nenek saya, yakni Cirebon.
Ya, kota ini belum lama dikenal sebagai Kota Tilang, dan bahkan anda ditantang warganya untuk datang membawa plat nomor anda masing-masing. Meski belum ada review dari berbagai traveller terkenal seperti Amrazing, Jebraw, maupun Naked Traveller, Cirebon masih dielu-elukan oleh warganya (repost dari mana-mana).
Sayangnya, potensi wisata ini belum tentu menghibur seluruh rakyat. Mungkin, layaknya saya yang belum begitu sreg dengan dangdut biar selalu terdaftar di playlist bis yang saya tumpangi.
Kalaupun nanti terbukti potensi wisata tersebut memang tidak enjoyable, oh tidak masalah. Karena sebenarnya, potensi wisata di Cirebon hanyalah bentuk shock culture saja.
Wah, darimananya?
Ya kita masih belum terbiasa dengan aktivitas kepolisian dan baru bisa menikmatinya lewat TV saja, tanpa pengalaman langsung. Kemudian, saat mengunjungi situs wisata tersebut, kita akan kaget seperti saat anda yang sudah lama melihat artis terkenal dan mengenalinya di antara kerumunan. Kaget.
Kalau kaget memangnya bagaimana?
Sherlock Holmes bilang, "You see but you don't observe" yang bahasa Indonesianya kamu lihat tapi tidak amati. Contoh agar anda tidak bingung sesuai dengan feminisme, dimana ada seorang perempuan elok rupawan lewat di depan anda. Anda lihat dan akui keberadaannya secara keseluruhan, tanpa pemerkosaan visual terhadap organ tertentu.
Jika anda sudah cukup mengamati, maka anda bisa lihat bahwa potensi wisata Cirebon bisa anda temui dimana-mana, seperti Bandung kalau dengar dari teman saya. Atau kabupaten Bogor, atau dimana-mana.
Sampai sekarang belum ada penelitian mengapa potensi ini ada semuanya, tapi rumor terbaru mengatakan ini disebabkan lingkaran setan. Apakah Dajjal ataupun tante Lucy sudah melirik potensi wisata 2016 demi mendukung target wisman 2020? Manatahu.
Yang penting, Indonesia itu keren banget.
That's all.
hey that's my hometown!
BalasHapustapi iya juga sih akhir akhir ini banyak artikel muncul ttg cirebon kota tilang, ah mungkin polisi polisi cirebon sedang sebegitunya butuh duit, maklum menjelang imlek #apasih
eh tapi kemaren saya baru kena tilang juga loh di Bandung, salah belok gak sengaja kena denda 250rb huhuhuhu nyeseknya masih berasa
hahahah iyah ada apa sih emangnya tiba-tiba jadi rame tilang menilang? dari kemarin juga sering banget liat teman-teman share di FB tentang Citilang :))
BalasHapus