Namun apakah keduanya pasti kencing lurus?
Sekolah, sebuah institusi yang berdiri dalam bidang pendidikan. Yang tujuannya adalah untuk mendidik para manusia yang belum atau masih kurang terdidik. Tentu saja di dalamnya terdapat guru apalagi murid. Para guru diberi amanah untuk mendidik semua siswa yang ada. Ya, guru bertanggung jawab secara akademik dan moral. Dengan sekuat tenaga ataupun malas-malasan, para guru berusaha untuk mendidik semua murid yang menjadi tanggung jawab mereka. Dengan buku, ujian, dan omelan. Buku dan ujian sering membuahkan hasil yang baik, para siswa dapat mengerti pelajaran dengan baik, kecuali mereka yang memilih untuk tetap menjadi bodoh secara akademik.
Lalu bagaimana dengan moral? Sekolah membuat tata peraturan sedemikian rupa demi moral para siswa. Namun tidak semua siswa ingin dididik secara moral, maka tidak sedikit dari mereka yang sering melanggar peraturan. Guru yang bertanggung jawab harus menjadi pengendali dari deviasi yang dilakukan siswa tersebut. Setelah mengomel, biasanya guru akan memberikan hukuman. Hukuman yang bisa membuat jera. Sayangnya banyak guru yang kurang kreatif memilih untuk menggunakan tangan besi dalam menerapkan hukuman.
Banyak guru yang memberikan hukuman fisik kepada muridnya dengan harapan kesalahan tidak akan terulang lagi. Harapannya itu baik, namun cara yang diberikan itu salah. Memang, hukuman fisik akan menempelkan rasa takut dalam diri siswa, namun kenyataannya para siswa tidak sepenuhnya akan merasa takut untuk melakukan pelanggaran lagi, malah mereka hanya akan merasa takut kepada guru galak yang sering disebut "killer" itu.
Selain itu, hukuman fisik bagi siswa adalah kejam. Pernahkah anda lihat video dimana para siswa pelanggar berbaris untuk dihujani tamparan oleh gurunya? Dilihat secara seksama pun, tidak terlihat sama sekali tujuan mendidik dalam hukuman tersebut. Yang terlihat adalah seorang guru yang sedang marah lalu melampiaskan emosinya sampai puas. Terlebih lagi tidak sedikit siswa yang dilaporkan menderita luka yang cukup serius ataupun sampai meninggal. Baiklah, jika memang tujuannya untuk mendidik, saya punya pertanyaan. Bagaimana caranya belajar sambil merintih kesakitan?
Selain itu, hukuman fisik bagi siswa adalah kejam. Pernahkah anda lihat video dimana para siswa pelanggar berbaris untuk dihujani tamparan oleh gurunya? Dilihat secara seksama pun, tidak terlihat sama sekali tujuan mendidik dalam hukuman tersebut. Yang terlihat adalah seorang guru yang sedang marah lalu melampiaskan emosinya sampai puas. Terlebih lagi tidak sedikit siswa yang dilaporkan menderita luka yang cukup serius ataupun sampai meninggal. Baiklah, jika memang tujuannya untuk mendidik, saya punya pertanyaan. Bagaimana caranya belajar sambil merintih kesakitan?
Pelaksanaan hukuman fisik pun kadang dipengaruhi sisi psikologis sang guru tersebut. Kemungkinan besar para guru melakukan hukuman fisik karena masa lalunya ataupun emosi yang terkandung dalam dirinya. Mengapa demikian? Sebab jarang ada sekolah yang memiliki peraturan tertulis dan resmi mengenai hukuman fisik. Alih-alih melakukan pendidikan, nyatanya malah sebagai pelampiasan emosi sang guru. Selain itu, para murid berpotensi untuk mewarisi penerapan hukuman fisik kepada generasi berikutnya. Karena sakit hati dan trauma tidak bisa dilepas dengan mudah.
Karenanya, hukuman fisik tidaklah cocok bagi dunia pendidikan. Selain karena memang tidak efektif dan berbahaya, hukuman fisik memang tidak sejalan dengan cara pendidikan. Banyak sekali kasus-kasus mengenai hukuman fisik yang muncul dan menjadi catatan suram dunia pendidikan. Memang tujuannya untuk mendidik, namun jika caranya salah, apa gunanya? Apa yang benar tapi dilakukan dengan cara yang salah hanya akan menghasilkan sesuatu yang buruk.
That's all.
P.S:
Tulisan ini akan gue pake untuk essay MPA Jurusan English Department di UNJ, so jika ada maba yang seangkatan sama gue pengen copas, pasti ketahuan. Juga kepada para kakak-kakak yang mikir kalo nantinya essay yang saya kumpulkan sama seperti tulisan di atas, jangan dipermasalahkan ya kak, soalnya ini memang pemikiran saya sendiri. Ehehe LOL. #PedeAbis /ditimpukin rame-rame/ LOL
tertanda
Datafaogo Stevanus Wau
Karenanya, hukuman fisik tidaklah cocok bagi dunia pendidikan. Selain karena memang tidak efektif dan berbahaya, hukuman fisik memang tidak sejalan dengan cara pendidikan. Banyak sekali kasus-kasus mengenai hukuman fisik yang muncul dan menjadi catatan suram dunia pendidikan. Memang tujuannya untuk mendidik, namun jika caranya salah, apa gunanya? Apa yang benar tapi dilakukan dengan cara yang salah hanya akan menghasilkan sesuatu yang buruk.
That's all.
...
P.S:
Tulisan ini akan gue pake untuk essay MPA Jurusan English Department di UNJ, so jika ada maba yang seangkatan sama gue pengen copas, pasti ketahuan. Juga kepada para kakak-kakak yang mikir kalo nantinya essay yang saya kumpulkan sama seperti tulisan di atas, jangan dipermasalahkan ya kak, soalnya ini memang pemikiran saya sendiri. Ehehe LOL. #PedeAbis /ditimpukin rame-rame/ LOL
tertanda
Datafaogo Stevanus Wau
(maba ED UNJ)
P.P.S:
The picture of that clever kid is NOT MINE, I just googled some keywords and find it :)
P.P.S:
The picture of that clever kid is NOT MINE, I just googled some keywords and find it :)
guru jaman sekarang adalah pahlawan dengan tanda jasa. klo diartikan kmana2 nih...
BalasHapusbagus kok tulisannya, good luck! hehe :D
BalasHapusbtw dulu jaman gue SD, kalo ga bisa jawab pertanyaan, malah ada yang kepalanya dibenturin ke papan -_-
Yap, anda benar sekali. Hukuman FISIK bukan cara yang baik untuk mendidik anak-anak sekolah. Cara yang menurut saya tidak berguna untuk dilakukan ke pada murid-murid. Itu hanya menambahkan daftar-daftar dari catatan-catatan hitam di dalam dunia pendidikan karena ulah sang oknum guru yang main hakim sendiri dalam memberikan hukuman. Bagaimanapun juga untuk menghukum seseorang haruslah memakia kasih. (remember what God told in Bible?) (tapi sayang tidak banyak orang yang tahu). Teruskan tulisan lo. Semoga Blognya tambah rame dan adem ayem.. (what? :-? ) :D
BalasHapusUdah ga jaman maen gebuk2an seperti itu...
BalasHapusAlhamdulillah, nggak pernah ketemu guru kayak gini. :)
BalasHapusspeechlest bang.. hikz <pura2 nangis
BalasHapus