Senin, 04 Februari 2013

Don't Be Negative Thinker, They Said

Salah satu ciri bahwa manusia adalah makhluk hidup adalah:
Menanggapi rangsang




Pada malam menjelang Christmas Eve gue menuliskan sebuah status di Facebook. Statusnya beriikan semacam ekspresi; yang dapat ditafsirkan sebagai sebuah sindiran atau bahkan hinaan. Tak lama kemudian ada seseorang yang mungkin pernah gue kenal mengatakan, "I don't like it. Don't be a negative thinker, Data". 

Well, mungkin doi ga exactly ngomong begitu, tentu aja itu bahasa Inggrisnya abis gue ubah sedikit.

Dia berkata bahwa gue seharusnya jangan berpikiran negatif.

Kemudian gue bertanya sendiri, "Apa yang dimaksud dengan pemikiran negatif?", "Apakah selama ini gue berpikiran negatif?", atau "Apa yang benar-benar positif di dunia ini selain kehamilan?".

Pada saat itu gue mencetuskan status mengenai "haramnya hari Natal", agak terkejut juga ternyata ada 15 orang yang like dan sebagian besar adalah orang-orang yang gue pikir bakalan protes. Atau mungkin mereka like sebagai bentuk sebuah sindiran.

*Sebelum lanjut, FYI aja buat yang bodoh: gue ngga ngebahas haramnya hari Natal sekarang.*

Kasus terjadinya don't-be-negative sering gue alami apalagi jika gue sedang ngutarain sebuah pemikiran yang diangap mencak-mencak bagi sebagian orang di Twitter. Sebagian orang mention dan sebagian lain memilih untuk menyindir dalam kelambu no mention atau mungkin membicarakannya dengan orang lain via cara yang tertutup.

Melihat respon dari orang-orang di sekitar (yang seperti itu) membuat gue tertawa.

Orang-orang cenderung memilih untuk tidak membaca dengan baik. Mereka, sebagai makhluk yang menanggapi rangsang, sering spontan memberikan respon cepat. Respon dalam bentuk sebuah kritisi, yang kemudian pada akhirnya berkembang pada pandangan negatif atas kata-kata gue dan diiringi dengan don't-be-negative.

Inikah yang disebut dengan ironi?

Menurut gue adalah cukup manusiawi untuk menanggapi sesuatu. Terlebih lagi orang-orang sudah dipengaruhi oleh acara debat pepesan kosong yang disediakan oleh media. Semua orang pun mereasa memiliki sebuah kesempatan untuk dianggap hebat dengan cara memberikan sebuah argumen. Gue sendiri ngga melarang siapapun untuk memberikan argumen atau anti-thesis atas pendapat gue. Hanya saja, ah, hanya saja sebagian besar sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang sedang gue utarakan.

Mereka sendiri pernah bilang bahwa kalau tidak tahu lebih baik diam daripada bicara tapi salah. Ada sih yang pernah bilang itu secara "tersirat", tapi lucunya belum ada yang benar-benar mengerti apa yang gue utarakan. Ga cuma yang anti, mereka yang setuju pun gue yakin ngga ada yang begitu mengerti.

Ada yang dinamakan struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar adalah hal yang kita amati melalui indera kita. Sementara itu struktur dalam adalah apa yang tidak terlihat secara instan. Oh iya, gue inget tulisan di 9gag yang melambangkan adanya struktur dalam dan luar melalui sebongkah iceberg yang nampak berbeda di permukaan dan di dalamnya. Gue selalu percaya bahwa semua orang akan melakukan sebuah analisa terhadap apa yang dialami atau dihadapi, ah atau mungkin gue selalu overestimate semua orang.

Inilah yang gue sayangkan dari manusia. memiliki akal yang lebih baik dari makhluk lain yang ada di Bumi, tapi dibiarkan kosong atau diisi oleh hal-hal yang kurang penting. What a waste, what a waste. Ah, gue sendiri tidak menganggap bahwa diri gue sudah sempurna ataupun pintar.

Orang-orang minta peningkatan kualitas pendidikan di negaranya, tapi tetap saja memegang hal-hal bodoh yang tidak sesuai dengan apa yang dipintanya. Kemudian menyalahkan pendidikan di masa lampau sambil percaya bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Menurut gue tak ada salahnya untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Melakukan introspeksi diri secara mendalam dan objektif sehingga kita tidak menipu diri kita sendiri. Sampai nanti pada waktunya kita bisa  saling pengertian.

Mulutmu adalah harimaumu, jangan sampai kau diterkam oleh apa yang keluar dari lisanmu.
Pikirkan pikiran keduamu dua kali lagi.


That's all.



***
P.S:
Tulisan hari ini bukanlah sebuah bentuk arogansi ataupun hinaan dari gue, jika anda mengerti. Kalau anda masih tersinggung, ah, anda belum mengerti.

4 komentar:

  1. Yg kadang suka kita lupain, kita tuh kadang cuma melihat sebuah hal dari satu sisi aja, padahal dalam hidup kadang untuk bisa memahami sesuatu sepenuhnya butuh pendekatan komprehensif dari aneka sudut pandang.

    Ngungkapin pendapat boleh, tapi harus siap juga menerima argumen dari orang laen yg mungkin tahu sesuatu yg tidak kita ketahui.

    Tapi most of all, yg namanya negative thinking tuh memang selalu membawa hal yg tidak enak. Prasangka buruk, praduga prematur, banyak hal2 yg seharusnya ga jadi masalah besar tapi jadi masalah, terutama di Indonesia

    Not everyone can be great but we can always be kind. Nice post, I like it =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Well, actually I wasn't discussing about the negativity problem. I was discussing about another matter.

      Find it, om Keven :)

      Hapus
  2. Karena manusia biasanya lebih menitikberatkan pendapatnya secara negatif (meskipun dengan informasi yang minim dan sulutan emosi sesaat). Yah mungkin nggak semua orang seperti itu, tapi pasti ada.

    Btw, gua ngoceh apa yah?

    BalasHapus
  3. FYI nih bang, sebenernya ane ga lg bahas soal negativitasnya :/

    Btw bener juga sih, orang-orang lebih seneng yang negatif. Contohnya kalo ada berita, mereka lebih milih nonton kasus kriminalitas atau korupsi ketimbang prestasi orang.

    BalasHapus

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe