Senin, 24 Oktober 2016

Mimikri

Sekarang terlihat.
Sekarang tidak
credit : VIktor Kern | unsplash.com

Saya dengar beliau ini adalah seosok yang begitu benar. Banyak yang mengelu-elukannya di media maupun sekeliling saya. Dia cerdas, berpendidikan, bijak, dan dapat dipercaya.

Pendapat pun bukan satu-satunya yang saya dengar. Beliau ini giat sekali dengan membangun pelbagai organisasi dan kelompok relawan. Tidak sedikit jiwa muda yang ikut berjuang di jalan beliau ini. Bukan untuk beliau, tapi yang seperti beliau inginkan: untuk orang Indonesia.

Saya lihat "acaranya" beliau di televisi. Meski beliau tidak pernah menampakkan wajahnya di sana, tapi kental sekali apa yang telah diperbuatnya - melalui jiwa-jiwa muda. Nampak banyak muda-mudi yang berjuang di jalannya, meski tidak saya tahu seberapa besar hasilnya.

Suatu hari beliau datang ke kantor saya yang terdahulu. Cap-cip-cup, saya disuruh untuk mewawancarai beliau yang kala itu sudah naik jabatan dari posisinya sebagai rakyat jelata. Dengan penuh hormat, kutolak mentah-mentah perintah tersebut. Beliau berada di luar kapasitas saya. Esoknya dengan penuh syukur kudengar hasilnya, yang makin membuktikan bahwa beliau dan saya itu jauh.

Bicara soal jabatan, beliau kukuh dengan jalannya: perubahan bijak. Makin luas dan leluasa lah tangannya untuk ikut menyunting apa yang telah ada. Beberapa di antaranya sudah cukup baik. Nama beliau pun terus dielu-elukan.

***

Kemudian, angin ribut datang.

Beliau tertiup angin dari kursinya, mendarat di suatu dedaunan. Awalnya, bagiku, beliau tertiup. Belakangan kupikir beliau sebenarnya terjun payung. Iya, terjun payung. 

Mungkin, dengan pendaratan yang kurang mulus. 
Beliau lupa ingatan. Tuturnya dulu sejuk sekarang naik derajatnya. Dulu membangun sekarang menurunkan.

Sesaat ku bertanya, siapakah orang ini? Sesaat laginya, saya sadar kembali bahwa beliau yang dulu sudah tiada. Seorang manusia hidup dan mati berkali-kali menjadi persona yang beragam hingga liang lahat. Tak bisa disalahkan, namanya juga hidup. Dengan ketiadaannya tersebut, sayup-sayup mereduplah suara tentang beliau itu.

Terakhir kulihat, beliau mencari suara agar mengelu-elukan dirinya.

That's all.

2 komentar:

  1. Setelah baca tulisan ini baik-baik untuk ketiga kalinya, kayaknya gua sekarang bisa nebak, lu lagi ngomongin siapa... =)

    BalasHapus

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe