Minggu, 15 Januari 2017

Pettanko & Pinggang Gue

Rata, datar, lurus, segaris.
Ga empuk.



Jika elo suka baca manga, nonton anime, ataupun nonton JAV, tidak mungkin belum kenal dengan istilah Pettanko. Emangnya apaan sih itu? Pettanko (ぺったんこ) secara hara-google-translate-fiah berarti sangat rata. Rata tersebut diaplikasikan pada anatomi tubuh salah satu jenis kelamin manusia yakni perempuan. Ratanya di mana? Di atas perut.


Gua ga mengada-ngada

Entah mengapa (gara-gara patriarki tentunya) perempuan banyak dinilai berharga dari apakah dia pettanko atau tidak. Meski demikian, pettanko tidak melulu dianggap buruk. Buktinya banyak yang lebih suka dengan pettanko, entah apapun alasannya.

Lalu, jika lo cek lagi judul postingan ini, waduh ada hubungan apa nih sama pinggang?

Kembali ke gambar paling awal. Elo liat apa? Triplek. Iya, triplek ataupun papan cucian sering disandingkan dengan yang namanya pettanko. Jadi, perempuan berdada rata = triplek = papan cucian. Keras. 

Nah, udah dua minggu lebih gua tidur di atas pettanko gara-gara gua mengidap suatu penyakit dengan singkatan: LBP. Low Back Pain alias sakit pinggang. Ga mematikan, cuma merepotkan.

Penyakit sial itu gua dapatkan saat mau angkat nenek beserta kursi rodanya. Waktu itu di Cirebon dua tahun yang lalu, pas Lebaran banget, nenek mau ke rumah sodaranya. Sayangnya, ada perbedaan tinggi antara permukaan tanah dengan permukaan rumah. Nenek pun harus di angkat biar bisa masuk rumah.

Rencananya, ada tiga orang yang mau angkat.

Kenyataannya, dua orang cuma naro tangan di atas kursi roda dan satu lagi ngangkat sendirian. 

Satu orang itu gue.

Seketika itu juga pinggang gua merasakan nyeri hebat sesaat. Gua pun langsung susah jalan dan duduk. Selama berhari-hari gua menghindari mengangkat beban dan juga cemooh orang-orang dewasa yang belum kena penyakit orang tua ini.

Dua tahun kemudian, penyakit ini sempat surut. Namun bangkit kembali dengan hebatnya setelah gua jongkok untuk cuci piring selama 2 jam di rumah nenek gua buat persiapan tahun baruan. Selesai cuci piring, gua hendak berdiri namun gagal tatkala pinggang berkata tidak.

Lebih hebat lagi pagi esoknya. Gua bangun karena panggilan alam. Mau turun. Ga bisa. Pinggang sakit sejadi-jadinya. Gua panik karena gamau boker di tempat tidur. Segeralah gua teriak manggil emak. 

Akhirnya setelah berusaha keras, gua bisa boker dengan nyaman.

Kemudian segera dibawa kabur ke klinik untuk dikasih obat. Gua disaranin untuk ga angkat beban berat, sering-sering berenang, dan tidur di kasur yang bener. Nah, saran terakhir itu saat terdengar di telinga emak gua pun lusanya diejawantahkan menjadi triplek besar seukuran tempat tidur. Alhasil, gua tidur di atas triplek berlapiskan sprei.

Rasanya benar-benar ganjil. Telapak tangan dan telapak kaki entah kenapa berkeringat lebih. Gua pun susah sekali tidur. Apalagi harus tidur telentang, ga bisa miring kiri atau kanan. Kemiringan tidak memungkinkan selain karena pinggang bakal sakit, tapi juga sekujur tubuh bakalan pegal.

Namun, setelah satu minggu berkutat dengan anomali tersebut, gua bisa merasa nyaman tidur di atas kasur ortopedi ala DIY. Bahkan, gua merasa lebih nyaman tidur diatas triplek meski pinggang ini sudah ga sakit lagi. 

Demikianlah cerita antara pettanko dengan pinggang gua. Yang sempat berpikir bahwa akan ada cerita tentang boobjob. Sorry to disappoint you, even if I tell you such story but pettanko girls can never do that.


That's all.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe