A little trace-back would be good.
Tes MBTI menunjukkan bahwa gua adalah seorang introvert. You know lah segala stereotipe mengneai introvert. But hey, I am a talkative introvert. Sudah beberapa lama tidak bicara dengan orang-orang membuat gua agak susah untuk memulai pembicaraan dengan siapapun. Karenanya gua memiliih untuk tidak stay di rumah alias gentayangan.
Khusus dua hari ini gua gentayangan ke tempat kerja pertama gua : Radio Republik Indonesia World Service - Voice of Indonesia. Yap, dulu gua sempat bekerja menjadi penyiar dan penerjemah di tempat tersebut. A nice and positive environment, anyone would miss to come back.
Namun kedatangan gua bukan untuk kerja kembali di tempat tersebut, melainkan jadi tim hore dan cari makan gratis.
Tanggal 12 Januari 2017, temen-temen di sana ngadain syukuran kecil-kecilan dengan sistem potluck (di mana peserta acara bawa satu jenis makanan atau minuman yang berbeda-beda untuk dinikmati bersama). Lucunya, gua ga bawa makanan apa-apa. Gua cuma bawa diri beserta laptop buat nulis.
What you need to know cuma dua :
- Gua kekeyangan
- Mereka masih anggap gua seperti keluarga sendiri
Yes, meski sudah beberapa bulan lamanya resign dari tempat tersebut dan ga sering banget kontak, mereka masi memperlakukan gua seolah gua masih kerja di tempat tersebut. Like I've mentioned before: nice and positive environment.
Tanggal 13 Januari 2017 pun, gua kembali diundang untuk makan-makan. Dalam rangka apa? Ultah salah saltu editor merangkap pembaca berita. Kali ini ga pakai sistem potluck, tapi ditraktir makan ikan bakar. Jujur, ini pertama kalinya gua bisa makan ikan bakar karena gua sama sekali ngga ngerti cara makan ikan - selain sardine kalengan dan tuna block.
Sama seperti hari sebelumnya, gua datang seperti masih anak RRI Voice of Indonesia. Oh iya, perlu diketahui bahwa anak muda di tempat ini lumayan sedikit. Kebanyakan crew di sini adalah bapak-bapak dan ibu-ibu. Nevertheless, tetep asyik aja lingkungan kerjanya.
...
Kembali ke tujuan awal : cari teman bicara.
It was nice to talk with them again. How there's no change in the way they treat you. Namun, gua ke sana ga sekedar cari orang unutk diajak bicara. Gua datang untuk makan-makan melihat kembali siapa dan dimana diri gua semeblumnya. Kalau dibandingkan dengan diri gua saat ini, nampaknya ada beberapa aspek diri gua yang sudah berubah.
Dulu gua kerja di sana tanpa pikirin masa depan. Yang penting gua ada gaji, transportasi mudah, dan pekerjaan pun gua kuasai dengan baik. Sekarang, gua mikirin banget bagaimana caranya harus dapat pekerjaan yang dapat menunjuang karir, perkembangan, dan masa depan gua. Hidup udah ngga bisa sesantai dahulu. Everything seems like getting out of my hands.
Saat kerja di sana, gua bisa beli mainan untuk dikoleksi dan difoto-foto. Sekarang, uang untuk beli mainan tersebut gua alokasikan untuk tabungan dan beberapa hal lainnya yang lebih penting. I cannot live in the now.
Makin ke sini, tantangan hidup makin besar dan tentunya butuh perencanaan yang matang dan eksekusi yang mumpuni. Ini akan melelahkan dan hasilnya belum tentu baik. But it's okay, I'm still looking for a change in me. Everyone needs to change.
Waktunya nostalgia sudah habis, sekarang waktunya melangkah ke depan.
That's all.
Hal yang sama pernah gue alami dan pernah ditulis juga di postingan blog gue. Menginjak umur segini dengan pekerjaan kayak gini, gue udah mulai insecure dan lebih mawas diri untuk melihat masa depan dan menjalaninya. Gue merasakan perubahan itu and i have to deal for it.
BalasHapusSeneng yah punya temen-temen kerja yang walaupun kita enggak kerja disana lagi, masih feels like part of them.
BalasHapusItu harus disyukuri looh..
Banyak tempat kerja yang walaupun kita masih kerja disana, tetep aja ga ada family feelnya sama skali.
Setuju sih, kalo kita memang perlu banget terbuka sama yang namanya perubahan.
Bangga dan kagum banget ngeliat kamu yang udah mulai mikir masa depan, mulai cari pekerjaan yang bener-bener bisa menunjang masa depan.
Semoga sukses yaah..
:D