Jumat, 03 Februari 2017

Ada Apa dengan Tempat Tidur?

Bahasa Indonesia itu katanya mudah.
Padahal tidur sendiri beda jika berawalan dan berakhiran.

credit : Kalegin Michail | unsplash.com
 Kreativitas adalah kebutuhan primer bagi manusia millenial di zaman global, terutama bagi yang ingin selamat sentausa. Tidak berhenti pada tingkat individu, kreativitas pun dibutuhkan di tingkat nasional untuk melawan global, hal ini dibuktikan dengan Bapak Jokowi yang ingin punya jurusan baru di SMK, yakni Vlogging. Dalam artikel berita yang bisa kalian klik pada frasa sebelumnya, disebutkan bahwa beliau merasa jurusan pendidikan di negara kita kok itu-itu aja, makanya dicarilah yang sesuai dengan kebutuhan. Ntap soul, pak.

Lantas, apakah ke-belum ada-an-nya fokus pendidikan inovatif tersebut, bisa dibilang bahwa kita ini belum bisa disebut sebagai bangsa kreatif? Jangan berkecil hati dulu.

Menjelang bulan kedua, jagad maya kembali menyuguhkan suatu konten viral berupa berita tentang suatu ruangan di suatu bioskop yang berada di suatu lokasi ditutup setelah perwakilan suatu daerah melakukan suatu sidak. Betewe, sidak sendiri merupakan singkatan dari inspeksi mendadak - dengan gimmick seperti mau bikin surprise. Nah, ngomong-ngomong soal surpris (tulisannya emang begitu), ngga perlu diadakan mendadak pun, inspeksi tersebut tetap memiliki element of surprise. Lho kok bisa?

Balik lagi deh ke inti kalimat awal pada paragraf di atas : ada ruangan bioskop dilarang beroperasi.

Kalau kalian berpikir kritis, pasti udah nongol dong salah sau dari 5 We 1 Ha. "Loh kok bisa?", meski tidak secara eksplisit tergabung dalam 5 We 1 Ha, sangat relevan bagi kalimat yang di-bold tersebut. Yeap, kok bica cih byoskop dibegituin?

credit : globaldigitalcitizen.org
Alasannya simpel: ini ngapain byoskop segala pake spring bed? Mesum ih!
Surpris bukan?

Sampai saat ini gue belum nemu kenapa spring bed + bantal + guling + selimut + tempat umum bisa diasosiasikan dengan kesusilaan. Selain karena mungkin belum ada berita yang ngecover hal tersebut dan gue sendiri memang ga begitu sesusila masyarakat pada umumnya, mungkin nalar saya memang ngga jalan. Lah, ada gitu manusia hidup ga pake nalar? Bisa jadi, maka silakan liat nalar saya:
  • Tempat tidur itu buat dipakai tidur
  • Bioskop itu tempat buat nonton
  • Maka, tempat tidur ada di bioskop biar orang bisa nonton sambil tidur
Masih kurang jelas? Nih satu lagi:
  • Bioskop itu tempat umum
  • Bioskop punya CCTV
  • CCTV bioskop kerjanya ngerekam gerak-gerik penonton
  • Nonton di bioskop harus bayar
  • Manusia itu makhluk ekonomis
  • Makhluk ekonomis itu pengen modal dikit tapi untung banyak
  • Manusia ena-ena gamau diliatin orang
  • Maka, ena-ena yang gratis itu bukan di bioskop
Jangan-jangan, semua ini terletak pada sisi kebahasaan manusia yang merupakan refleksi serta pembentuk pola pikir dan proses nalar itu sendiri. Nah, tempat tidur itu diasosiasikan paling dekat dengan kegiatan berisirahat, contohnya tidur. Tidur itu sendiri, jika ditambahkan awalan me- dan akhiran -i, maka maknanya akan berubah menjadi melakukan seswatu.
 
Sama halnya dalam bahasa Inggris. Dulu guru SMA gue saat mengajarkan passive voice, memperingatkan bahwa tidak semua kata kerja bisa digunakan dalam kalimat pasif. Entah apa hubungannya dengan kalimat pasif, tapi beliau mencontohkan kata sleep yang berarti tidur. Namun, kata tersebut bisa waspadala-waspadalah apabila dimasukkan ke dalam kalimat sbb : HE SLEPT WITH HER LAST NIGHT , yang artinya "Dia tidur bersamanya tadi malam". Secara harafiah (dan sotoy-iyah), kalimat tersebut bermakna ada dua orang ngantuk terus bobo dalam lokasi yang berdekatan dan waktu yang bersamaan. Eit, tapi secara konotatif, itu artinya ada dua orang indehoy semalem.

Dengan demikian, tempat tidur = tidur = ngeseks akhirnya menjadi alasan kenapa ruangan di bioskop tersebut harus diberhentikan demi mencegah tindak asusila, meski tidak jelas juga apakah pemaknaan tersebut sama berlaku apabila tempat tidurnya berada di tempat umum.
 
Demikianlah nalar hamba sahaya yang begitu terbatas ini. Tiada jua bertemu jawab mengapa tempat tidur identik dengan perbuatan mesum? Meski demikian, ini menjadi bukti bahwa orang-orang kita sudah berpikir kreatif. Apa yang tidak terpikirkan oleh kita, ternyata entah bagaimana caranya bisa terpikirkan oleh orang lain. Meskipun kalau kita mau bersikap kritis, kreativitas tidak menjamin kebermanfaatan.


That's all.

3 komentar:

  1. logic gue, orang yang bisa afford untuk nonton di kelas studio tersebut adalah orang yang tentu bisa juga afford kamar hotel kalo mau ena-ena. Dan kalo emang niat ke bioskopnya udah mau mesum, gak usah ke studio yang ada kasurnya, di studio biasa waktu gue nonton Laskar Pelangi dulu aja ada yang mesum. Iya, Laskar Pelangi. Mungkin karena durasi filmnya yang lama, atau mereka emang turn on kalo liat bangunan SD mau rubuh.

    BalasHapus
  2. Memang kalo ud berhubungan sama bioskop, mau yg berkasur atau pun enggk, pasti bakalan ada aja yang berpikir negatif..
    plus fakta kalo bioskop kan gelap..
    -.-

    aaaah...
    ini semua tergantung cara berpikir setiap orang dan dari sudut mana kita melihatnya siih..
    Ada yang memang bener-bener nonton karena mw nonton kan?????

    BalasHapus
  3. Tip, kok gue ngakak ya 😂

    BalasHapus

Silakan berkomentar :D

Diberdayakan oleh Blogger.

Subscribe